Sylvia Aulia Rahmi

mengharungi samudera kehidupan

Waktu

Pernahkah engkau merenungkan, di saat pertama kali kita diciptakan dan ada di dunia, kita berada di tempat yang sedang bergerak? Kita menempati bumi yang sedang berputar teratur dan tidak pernah berhenti sedikitpun.

Berputarnya planet bumi pada sumbunya (rotasi), membawa kita pada kondisi siang dan malam. Memungkinkan kita menemui matahari terbit di Timur pada pagi hari dan terbenam di Barat pada senja hari. Terjadi pergantian siang dan malam setiap harinya dalam kehidupan kita. Masa rotasi bumi dalam kaitannya dengan matahari ini secara matematis dihitung lamanya adalah 24 jam, dengan rincian normalnya12 jam masa siang dan 12 jam masa malam.

Disamping berotasi, bumi juga bergerak (evolusi) dalam orbitnya yang teratur mangelilingi matahari. Gerakan melingkar mengelilingi matahari ini dalam hitungan hari sekitar 365,2425 hari. Perjalanan bumi selama 365,2425 ini kita hitung sebagai 1 tahun.

Bayangkan, setiap pertambahan 1 tahun usia kita sejak dilahirkan ke bumi, berapa hari yang telah kita lalui bersama bumi yang bergerak ini?

Waktu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan. Skala waktu diukur dengan satuan detik, menit, jam, hari, pekan/minggu, bulan, tahun, windu, dekade, abad, milenium.

Tiap masyarakat memiliki pandangan yang relatif berbeda tentang waktu yang mereka jalani. Sebagai contoh, ada masyarakat melihat waktu sebagai sebuah garis lurus (linier), diikuti dengan terbentuknya konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manuasia dilihat sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Namun ada juga sebagian masyarakat melihat waktu sebagai sebuah siklus yang terus berlangsung tanpa akhir.

Cara pandang terhadap waktu bukan hanya sekedar cara melihat arloji yang terus berputar tanpa henti dan menunggu komando dari setiap orang. Tetapi waktu lebih dilihat sebagai kesempatan, karya yang terus berlangsung mengukir hidup kita.

Al Qur’an sesuai dengan predikatnya sebagai Huda (petunjuk), maka secara hakiki segala aspek kehidupan di dunia termaktub di dalamnya. Dari mulai proses penciptaan hingga pada saat kehidupan ini berakhir. Setiap peristiwa demi peristiwa, tahap demi tahap kehidupan manusia semuanya diuraikan dalam Al Qur’an. Maka apakah sebenarnya yang melatari di balik berjalannya kehidupan ini?  Salah satu yang tidak pernah lepas dari proses kehidupan adalah waktu.

Waktu yang senantiasa menemani setiap kehidupan manusia menjadi menarik pula saat Al Qur’an menjelaskan konsep waktu sebagai sebuah entitas independen, mandiri, tidak terpengaruh pada entitas lain. Dunia berjalan dengan keteraturannya, tunduk pada hukum. Sebagai pijakan dasarnya, waktu merupakan entitas yang terlibat dalam berlakunya hukum alam.

Alam pada realitasnya adalah maujud, dan maujud itu terbatas. Ia terkait pada ruang dan waktu. Karena keterbatasannya, ia akan mengalami perubahan sebelum akhirnya menuju kehancuran.

Al Qur’an juga mengacu beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna waktu.

1. Ajal

Sesuai terminologinya, berarti penetapan batas waktu.

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah”. tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

 

[696] Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya.

(QS. Yunus:49)

Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi, kecuali Allah.

2. Dahr

Dahr, dalam Al Quran banyak berada pada penjelasan mengenai bentangan waktu yang dilalui dunia dalam kehidupan. Dimulai dari penciptaan alam semesta hingga datangnya hari kiamat.

Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

(QS. Al-Jatsiyah: 24)

Dapat disimpulkan bahwa kata “dahr” mengacu pada konsep waktu pada bentangan kehidupan di dunia. Segala sesuatu yang ada (hidup), keberadaannya menjadikan dia terikat pada dahr. Antara dimulainya kehidupan dan akhir dari kehidupan di dunia ini merupakan rahasia Allah yang tidak satu pun makhluk-NYA yang mengetahui.

3. Waqt

Menurut Quraish Syihab dalam buku Wawasan Al Qur’an, waqt mempunyai arti batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa.

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

(QS. An-Nisa’: 103)

Waqt disini memiliki makna seperti kata waktu dalam kamus basar Bahasa Indonesia.

4. ‘Ashr

‘Ashr bermakna masa secara mutlak. Berdasarkan maknanya sebagai perasan, maka ‘ashr merupakan suatu bagian yang penting dalam kehidupan manusia. Makna perasan yang berarti hasil dari suatu yang diperas mengasumsikan fungsi waktu yang menghasilkan.

Demi masa.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

(QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Ayat ini mengindikasikan orang yang menyia-nyiakan waktunya dari memenuhi kebutuhan spiritualnya. Ayat ini kemudian dibandingkan dengan ayat berikutnya, yang memunculkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih sebagai sebuah gambaran akan kualitas usaha dan keimanan mereka.

Adapun tujuan penciptaan waktu salah satu implikasi akan terwujudnya semesta alam ini, yang merupakan anugerah yang diberikan Allah ditujukan pada manusia agar dapat dieksplor. Tentunya dengan tidak membuat kerusakan di muka bumi ini.

Sementara Allah juga menegaskan bagi siapa saja yang melakukan penyia-nyiaan waktu saat hidup di dunia, sehingga orang yang lalai akan waktunya disebut sebagai orang yang merugi. Hal ini mengindikasikan pada kita akan tanggung jawab manusia pada waktu yang telah ia gunakan. Karena Allah juga telah menegaskan bahwa manusia akan bertanggung jawab akan segala sesuatu dalam setiap urusannya.

Dari itu kiranya kita dapat mengambil ibrah dari balik adanya penciptaan waktu dalam kehidupan ini. Adakah kita sudah siap untuk bertanggung jawab atas setiap apa yang telah kita lakukan?

Gunakanlah dan manfaatkanlah waktu yang masih kita punya selagi bisa, meskipun cuma 1 milidetik. Karena waktu akan terus berlalu dan tidak akan berulang.


May 17, 2011 - Posted by | umum

2 Comments »

  1. mbakk vivi blognya ciamik….

    Comment by jack xender | February 12, 2012 | Reply

    • cuap-cuap lewat blog nih, jack

      Comment by SylviaRahmi | February 14, 2012 | Reply


Leave a comment